Posted by : Unknown 05 Maret 2017

Konnichiwa Minna-san!!
Update baru nih hari ini.. maaf telat post nya, akunya sibuk, banyak essai yang harus dikerjakan minggu kemarin..
Ya udah deh Langsung aja baca updatenya..

Ultimate AntiHero Volume 1 Chapter 1 Part 2

“Berhenti membuat pertahanan tak berguna, kalau kau melakukannya, aku akan membunuhmu tanpa rasa sakit.”
Suatu gudang kosong di wilayah sekitar pantai, Area Reservasi Tokyo.
Di dermaga yang sangat sunyi hingga suara yang terdengar hanyalah suara ombak saat malam hari, terdengar suara perintah dari seorang gadis.
Pemilik suara itu adalah murid penyihir. Ia  mengenakan jaket Magi  dengan gaya koboi.
Rambut pirangnya memancarkan cahaya bagai debu emas yang terbang karena angin laut. Gadis itu memasang kuda-kuda dengan <Arms> miliknya, revolver berwarna perak.
Ia adalah komandan dari peleton 101 akademi sihir kota Tokyo, Sumika Hoshikawa.
Ia sekarang sedang berhadapan dengan sebuah makhluk aneh.
Makhluk aneh itu merupakan sesuatu yang memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari badan Sumika, raksasa bertubuh manusia dengan kepala babi.
<Soldier Class> Iblis, Orc.
Orc ini merupakan salah satu barisan depan pasukan yang datang menginvasi bumi dari dimensi lain. Pasukan ini lah yang umat manusia terus menerus lawan dari seratus tahun yang lalu.
Orc ini, sebagai iblis bisa dikatakan tidaklah terlalu kuat.
Orc tidak bisa menggunakan sihir sama sekali, yang orc bisa lakukan hanyalah mengayunkan stik besar pada tangan kanannya.
Paling bagus bila orc ini dibandingkan dengan gajah afrika yang sedang marah dan menyerang manusia.
Bahkan untuk seorang murid sihir pun, orc ini bisa dikalahkan dengan mudah. Karena itulah, Sumika sekali tidak takut dengan monster ini.
“Akan kukatakan sekali lagi, berhenti melawan.”
Ia mengatakan peringatan terakhir.
Sumika menyiapkan jarinya yang sedang memegang pelatuk dari revolver-style <Arms> nya yang mengarah pada dahi orc.
Jika gadis itu memberi sedikit saja tenaga pada jarinya, peluru yang terbuat dari mythril itu akan terselimuti oleh tenaga sihir akan menembus kepala iblis itu.
Jika hanyalah sekedar <Soldier class>, maka hanya dibutuhkan satu serangan saja untuk membunuhnya.
Apalagi dengan menggunakan sihir necromancy, penyihir dapat membuat kontrak dengan roh pahlawan dan meminjam kekuatannya.
Pahlawan yang melakukan kontrak dengan Sumika adalah <Gun Saint> Billy the Kid.
Peluru milik Sumika tidak akan meleset. Pasti akan mengenai targetnya. Orc itu akan terbunuh jika ia menekan pelatuk pada jarinya. Namun…
{HAHAHAHA!! Itu percuma, kau tidak akan menembak.}
Orc itu tertawa dengan suara yang tidak enak terdengar di telinga.
“…!!”
Ekspresi Sumika berubah ketika mendengar kata-kata itu. Karena apa yang dikatakan orc itu benar.
Sumika tidak dapat menembak. Alasannya terletak pada tangan kiri orc itu.
Disana terdapat gadis dengan gaya rambut kuncir kuda yang digenggam erat oleh tangan kiri orc hingga wajahnya memucat.
Gadis itu sama dengan Sumika, <Striker> dari peleton 101, Chikori Ichinotani.
Dengan kata lain, ini adalah situasi penyanderaan.
Sebagai iblis, orc adalah ras yang lemah, tapi untuk menutupi itu mereka menggunakan kecerdasan mereka.
Kenyataanya, yang berada dalam kondisi terdesak adalah Sumika.
{Senjata, Buang itu. Jika tidak, gadis ini, akan mati}
Mendengar kata-kata itu, Sumika menggertakan giginya.
(Untuk diperlakukan seperti ini oleh orc..!)
Untuk Sumika, situasi ini adalah penghinaan.
Jika ditanya mengapa, itu karena Sumika walaupun masihlah murid penyihir, ia adalah penyihir genius yang memiliki ranking S. Hanya ada sepuluh orang di bumi ini yang memiliki ranking yang sama. Seharusnya, jika hanya satu orc, atau bahkan sepuluh orc, dia adalah eksistensi yang dapat dengan mudah mengalahkannya. Faktanya adalah, beberapa menit sebelumnya, Sumika membunuh instan dua orc yang menyerang area reservasi di tempat yang berbeda.
Tetapi masalah muncul saat orc ketiga datang menyerang.
Tempat yang diprediksikan untuk orc ini datang menyerang adalah di sebelah area perumahan. Karena itu Sumika menyuruh dua anak buahnya dari peleton 101 untuk mengawasi daerah itu. Tetapi saat orc itu muncul, salah satu anak buahnya ketakutan dan meninggalkan tempat pertarungan sebelum musuh datang. Jika hanya itu mungkin tidak apa-apa, tetapi..
{Jika ini hanyalah tiga menit sebelum komandan datang, mungkin aku bisa menahan musuh ini!}
Berpikir seperti itu, Chikori yang bukan kekuatan tempur dari tim ini, tidak mendengar perintah untuk berhenti dan malah ia menyerang musuh dengan pertimbangannya sendiri.
Dan hasilnya.
{Komandan, Chikori tertangkap oleh orc.}
Setelah tiga detik, datang komunikasi dari <operator> pertarungan yang bertanggung jawab atas memberi kabar situasi pertarungan dan menggunakan <Idea Link>, sihir komunikasi dari tempat yang lumayan jauh dari tempat pertarungan.
(Dia benar-benar tidak berguna!)
Pikir Sumika serasa ingin menangis.
Dan sekarang, ia dalam situasi terdesak, dan itulah kenapa hal itu serasa tidak tertahankan.
{Cepat! Senjata! Buang itu!!}
“Komandan! Jangan pedulikan aku! Aku yang salah karena tidak mendengarkan komandan!”
Ia ingin berteriak kalau itu semua adalah salahnya, tetapi sekarang itu tidak berguna walaupun ia menyalahkan gadis itu.
Sebagai komandan, sebagai penyihir, untuk mengabaikan manusia yang akan dibunuh oleh iblis seperti sekarang adalah sesuatu yang Sumika tidak dapat lakukan.
Sekarang ia perlu bertahan seperti ini untuk beberapa saat, mengulur sedikit waktu, dan menunggu bala bantuan datang.
Tapi pilihan itu sudah terbaca oleh orc.
{Cepat lakukan!}
Untk membuat Sumika yang sedang mengulur waktu melakukan perintahnya, urat nadi pada tangan kiri orc muncul dan mulai menggenggam tubuh kecil Chikori dengan kekuatan besarnya.
“UAAAAA…!”
“Be-Berhenti!”
Sumika secara reflek menaikkan nada suaranya saat mendengan suara bagaikan suara ranting pohon yang potong.
Chikori yang berada di tangan kiri orc ini melemas dan berhenti bergerak.
Itu akan sangat buruk jika itu terjadi. Ia tidak dapat mengulur waktu lebih banyak. Ia tidak dapat melakukan hal lain selain menyerah.
“Aku menyerah..”
Sumika melempar revolver pada tangannya dan satu revolver lain yang tergantung di pinggangnya.
“!!!”
Dalam sekejap, ia merasakan kejutan dari otaknya yang memberitahunya bahaya yang akan muncul pada dirinya.
Itu adalah intuisi yang berasal dari roh pahlawan yang berkontrak dengan Sumika, kemampuan dari pahlawan Billy the Kid.
Penyihir dapat memiliki kekuatan yang sebanding dengan pahlawan pada kehidupan sebelumnya.
Dan saat peringatan bahaya muncul di otak Sumika saat ini adalah kemampuan pahlawan <Gun Saint> yaitu <Back Sniper> atau bisa disebut insting menghindar.
Dengan kemampuan pahlawan ini, legenda Billy The Kid dapat menembak mati musuh yang berada di belakangnya tanpa perlu membalikkan badannya, efek yang dimilikinya adalah menghilangkan titik buta yang dimilikinya. Kontraktor Billy the Kid dapat mendeteksi segala macam serangan yang datang dari titik buta dengan 100% insting. Dan insting ini tidak akan salah.
“Perisai Sihir!”
Sumika kemudian melebarkan perisai nonelemen level satu menggunakan sihir.
Kemudian dalam sekejap mata perisai itu terkena serangan dari stik milik orc.
Pukulan itu memiliki kekuatan murni kira-kira beberapa ton, tapi perisai sihir ini pun tidak rusak sedikitpun.
Ini persis seperti apa yang dikatakan insting miliknya.
Sumika menghindari serangan itu dengan selamat.
Untuknya itu sangatlah mudah, tetapi
{Jangan Bertahan! Selanjutnya, gadis ini akan mati!}
“KUH!”
Ada sandra yang membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa.
{Kamu membunuh temanku! Tidak akan kumaafkan. Hancur leburkan. Akan kuhancur leburkan kamu sampai menjadi daging cincang!!}
Orc itu sekali lagi mengayunkan stik miliknya.
Jika ia menghindari serangan ini, orc itu pasti akan membunuh Chikori.
Ia tidak dapat menghindar.
Jika seperti ini, ia hanya dapat menjadi samsak dengan mengurangi kerusakan yang diterimanya menggunakan sihir.
Untuk Sumika ini adalah pilihan yang sulit.
(Seharusnya aku tidak boleh mati di tempat seperti ini…!)
Sumika memiliki mimpi. Sesuatu yang penting, harapan yang kuat yang ia idam-idamkan.
Lima tahun yang lalu, naga raksasa dengan tujuh kepala yang membakar semua di bumi menjadi abu, <Demon King Typhon>.
Hari itu, dimana setiap orang tidak dapat melakukan sesuatu selain melihat ke langit, tenggelam dalam keputus-asaan didepan kekuatan yang tidak tertandingi.
Di sana ada seseorang, yang membunuh naga itu.
Typhon, yang tidak dapat luka sedikitpun dari semua senjata modern di muka bumi ini. Di sana, ada seorang penyihir yang mmbunuh monster itu sendirian.
Hari itu, Sumika, di tanah yang terbakar, melihat keseluruhan cerita tentang apa saja yang terjadi saat itu.
Dan kemudian ia berpikir. Ia ingin menjadi seperti itu.
Seperti itu, ia ingin menjadi eksistensi yang dapat menyelamatkan orang dari segala macam keputus-asaan.
Impian itu, sampai sekarang masih belum tercapai.
Ia masih dalam setengah perjalanan.
(karena itu, walaupun aku tidak boleh mati di tempat seperti ini, kenapa hal seperti ini terjadi!)
Sambil menggertakan giginya karena frustasi, Sumika menyelimuti tubuhnya dengan sihir.
Demi mengurangi kekuatan pukulan walaupun sedikit.
Ia menunggu bala bantuan sambil menerima serangan orc.
Tanpa pilihan yang tersisa, ia hanya dapat menyiapkan dirinya untuk segala macam hal yang akan terjadi.
Stik itu terayun dengan kekuatan yang dapat membelah angin.
Sumika hanya bisa meneguhkan dirinya akan serangan itu sambil menutup kedua matanya.

“Haaah… tidak bisakah murid penyihir zaman sekarang mengalahkan satu orc.”

Ia mendengar suara.
“EH…”
Dalam waktu beberapa milidetik, terdengar suara ledakan di dermaga.
Itu adalah suara dari hasil bentrok antara gelombang kejut yang sangat besar hingga membuat retak permukaan beton di dermaga.
Tetapi itu bukanlah suara yang berasal dari stik milik orc.
Yang merusak beton itu adalah seorang pemuda.
Melompat dari pesawat penumpang yang sedang terbang pada ketinggian sepuluh ribu meter dari permukaan laut, pemuda itu membelah dua tubuh orc dari kepala hingga ke kemaluannya menggunakan pedang obsidian, adalah orang yang merusak permukaan beton karena pendaratannya.
Orc itu mati dengan tubuhnya terbelah dua secara simetris.
Sandra yang jatuh dari tangan orc yang kemudian keseluruhan tubuh orc itu berubah menjadi abu mengkilap yang kemudian tersebar di udara oleh angin laut yang bertiup.
Dalam kondisi tersebut, pemuda itu mengatakan.
“Tapi aku akan meluluskanmu karena kamu tidak mengabaikan Sandra.”
Rambut hitam yang kusut dan berantakan.
Ujung dari selendang yang menggantung di lehernya mengepakkan dirinya bagaikan sayap, pemuda itu melihat Sumika dengan mata lesu. Tampilan yang dapat dikatakan tidak berbeda jauh dengan usia milik Sumika.
Melihat muka itu, Sumika menahan nafasnya.
“Ka-Kamu itu..!”
Itu adalah reaksi yang wajar. Karena untuk penyihir pada zaman ini, tidak ada manusia yang tidak mengetahui wajah pemuda itu.
Penyihir agung yang menguasai semua jenis sihir di bumi ini. Manusia yang mempekerjakan eksistensi yang jauh lebih kuat dan mengerikan dari <Demon King>, <Dewa Jahat> yang digunakan sebagai familiar, sang <Pengguna Dewa Jahat>.
Dan saat <Malam Walpurgis> lima tahun lalu, pemilik kekuatan yang mengerikan hingga ia membuat dewa menyerah, pahlawan penyelamat yang membunuh <Demon King  Typhon> yang membakar 90% permukaan bumi.


“Homura, Kamishiro…!”

“Ya, Homura-san yang itu. Mulai hari ini aku ditempatkan di peleton 101. Jadi tolong jaga aku baik-baik oke.”
Kenapa pahlawan yang menyelamatkan dunia ditugaskan di peleton untuk murid penyihir--
Bahkan pertanyaan simple seperti itu tidak muncul pada pikiran Sumika.
Homura yang masih berdiri di tengah-tengah angin yang mengkilap, dengan selendangnya yang mengepak bagaikan sayap.
Sosok itu sangatlah kuat, indah, dan disaat itu pula Sumika melupakan semua kata-kata dan hanya diam terpesona.
Bagaikan waktu telah berhenti.
Dan kemudian, dalam waktu singkat sebuah keyakinan timbul di suatu tempat pada hatinya.
Saat ini, momen ini, sebuah kisah bermulai. Itu adalah apa yang ia yakini.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Atherrea Translation - Blogger Templates - Powered by Blogger